10 Aturan Mengkonsumsi Obat Yang Baik Dan Benar

10 Aturan Mengkonsumsi Obat Yang Baik Dan Benar

Berikut Ini 10 Aturan Meminum Obat Yang Baik Dan Benar :

1. Periode Minum

Maksudnya jika sakit dan harus minum obat, misalnya tiga kali sehari, maka periode waktu minum obatnya tidak boleh sembarangan atau yang penting sehari diminum tiga kali. Karena tentu dengan waktu yang periodenya teratur, kandungan / dosis obat dalam darah juga akan stabil.

2. Saat Perut Kosong Atau Dalam Kondisi Perut Terisi

Hal ini sangat berhubungan dengan jenis obat yang diminum, karena makanan dan atau minuman sangat berpengaruh terhadap interaksi dengan obat yang dikonsumsi. Mekanisme interaksinya dapat menghambat atau justru mempercepat kerja dari obat tersebut.

Maka sebaiknya perhatikan aturan minumnya apakah sesudah atau sebelum makan. Artinya apabila dikonsumsi sebelum makan atau sesudah makan, berikan jeda antara satu hingga dua jam sebelum atau sesudah makan mengkonsumsi obatnya.

Tanyalah kepada apoteker terdekat apabila tidak ada kejelasan mengkonsumsi obatnya sebelum atau sesudah makan.

3. Dosis Atau Takaran Yang Pas

Dosis atau takaran adalah jumlah obat yang diberikan untuk memberikan efek terapi / pengobatan. Hal ini berpengaruh karena bila tidak sesuai, maka juga tidak akan memberikan efek yang dikehendaki.

Apabila dibawah aturan yang diberikan atau biasa disebut sub dosis, maka tidak akan memberikan efek terapi. Namun bila dosis / takaran yang diberikan berlebihan atau biasa disebut over dosis, maka akan memberikan keracunan, dan dari keduanya dapat memberikan efek yang fatal.

4. Baca Label Kemasan Atau Resep Dengan Hati-Hati.

Pada label itu biasanya ada keterangan umum mengenai obat dalam wadah. Jika kurang jelas segera tanya apoteker. Baca juga tentang peringatan / warning, cara pakai, indikasi, kontraindikasi, dan peringatan mengenai interaksi obat.

5. Minumlah Obat Dengan Air Mineral / Air Putih.

Usahakan mengkonsumsi obat dengan air putih matang, jangan dengan air yang bercampur zat lainnya (susu, teh, sirup, kopi, dll) kecuali ada keterangan hal lain. Karena  minum obat dengan air putih matang tidak menyebabkan drug interactions (interaksi obat)

6. Jangan Mencampur Obat Kedalam Makanan.

Jangan pernah mencampur obat kedalam makanan atau minuman tertentu, kecuali telah diketahui tidak ada interaksi antara obat dan makanan atau minuman yang dicampurnya.

Juga jangan melepas cangkang kapsul, karena ada kemungkinan akan merubah pelepasan obat dalam lambung atau juga dapat mempengaruhi bau dan rasa dari obat dalam kapsul tersebut.

Jangan pula mengkonsumsi vitamin atau suplemen bersamaan dengan obat, karena bisa jadi ada interaksi obat dengan vitamin atau suplemen tersebut. Kecuali sudah ada penjelasan dari apoteker yang menangani obat dan pengobatan tersebut, agar didapatkan efektifitas pengobatan

7. Jangan Meminum Obat Dengan Air Hangat Atau Minuman Yang Mengandung Alkohol.

Obat yang diminum dengan air hangat atau air yang mengandung alkohol mungkin menyebabkan obat menjadi rusak atau inaktif atau justru menambah potensial obat dalam kerjanya.

8. Jangan Meminum Obat Sisa Atau Bekas Orang Lain.

Obat sisa atau bekas orang lain boleh jadi indikasi kesakitannya berbeda dengan anda, sehingga perlu dikonsultasikan kepada apoteker terlebih dahulu demi efektif dan efisiennya pengobatan.

9. Habiskan Obat Antibiotik / Antivirus

Fungsi obat antibiotik atau antivirus adalah mematikan bakteri atau virus, bukan hanya melemahkan, sehingga obat benar-benar dimodifikasi untuk membunuh bakteri atau virus tersebut.

Kebolehjadian saat bakteri atau virus sudah melemah badan akan terasa sembuh, namun bakteri atau virus tersebut masih dapat bertahan untuk hidup lagi bila obat tidak diteruskan.

Resiko dari tidak menghabiskan obat adalah resistensi bakteri atau virus dari jenis obat yang telah diberikan.

Dalam jangka yang panjang dan berulang resistensi itu akan menimbulkan Multi Drugs Resistance, artinya bakteri atau virus tersebut akan resisten terhadap berbagai obat.

10. Tidak merubah bentuk sediaan

Bila tidak sangat terpaksa, jangan pernah merubah bentuk sediaan obat yang diberikan, karena tentunya obat yang dibuat dengan sediaan tersebut telah memiliki tujuan khusus. Konsultasikan kepada apoteker yang ada bila akan merubah sediaan obat.

~Saiful Johansyah, S. Farm. Apt~, kotakobat.com, diolah dari berbagai sumber~

Penulis adalah lulusan S1 Farmasi dan Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang saat ini sebagai praktisi farmasis di apotek Nanggulan Farma dan menjadi pengajar produktif Farmasi di SMKN 1 Panjatan Kulon Progo.

Scroll to Top